Teknik pemasangnya hanya ditumpuk. Semen sebagai perekat. Besi pelat
menjadi penguat antar-rooster. Lubang-lubang yang tersorot matahari
memberikan efek bayangan indah.
Dulu rooster menjadi unsur penting dalam rumah tinggal yang mangadopsi
konsep bangunan tropis. Ia berperan sebagai lubang angin yang dapat
diterobos udara, juga cahaya matahari. Oleh sebab itu, rooster umum
dipakai pada bagian atas jendela, pintu, bahkan dinding atap rumah.
Ruang berudara panas pun jadi adem.
Sekarang peran rooster semakin berkembang. Jejaring beton cetak ini
dapat menjadi dinding berlubang-lubang pengganti pagar. Letaknya lazim
berada di ujung batas lahan rumah. Karena berlubang, ketika sinar
matahari menyorotinya, akan tercipta efek bayangan yang indah.
Aplikasi rooster yang indah itu ada di depan dinding rumah Bambang Adi
Prasetyo, di Bintaro, Tangerang. Ukuran dinding depan 6,5m dan lebar
1,5m, sedangkan dinding samping 2,2m, bersebelahan dengan pintu samping
menuju ruang servis.
Rooster ukuran 20cmx20cm dengan tebal 10cm ini memiliki berat 4,5kg.
Meski cukup berat, ia dapat dipasang menumpuk secara berselang seling.
Perekat antar-rooster hanya menggunakan semen biasa.
Konstruksinya tanpa menggunakan tiang atau balok pe-ngaku. Ia hanya
bertumpu pada sloof yang mengikat fondasi di dalam tanah. Sloof-lah yang
bertanggung jawab untuk menerima dan menyalurkan beban rooster ke
fondasi.
"Rooster hanya sebagai material pengisi dinding yang tidak menerima
beban berat. Maka itu, konstruksinya tak perlu rumit. Selain perekat
semen, penguatnya cukup tambahkan pelat besi," kata tim arsitek sub
studio yang merancang dinding rooster itu.
Pelat besi disekrup pada bagian atas rooster. Tebal pelat 4mm dan lebar
3cm. Fungsi pelat membuat rooster bertambah kaku. Jika terdorong angin
atau tersenggol badan orang, dinding rooster ini tak akan ambruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar